logo rakata

Rabu, 25 Mei 2011

survei popularitas kandidat di DOB, Pringsewu, Tulang Bawang Barat dan Mesuji

hasil survei lembaga independen Rakata Institute untuk popularitas
para kandidat di tiga daerah otonomi baru (DOB), Pringsewu,
Tulangbawang Barat, dan Mesuji, menarik! Meski banyak orang
menilai hasilnya 'seperti telah diperkirakan', tetap menyajikan
kejutan!" timpal Amir. "Salah satu kejutan, Sujadi Saddat di ranking
tiga! Padahal, ia menang pemilu Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
lalu dengan Pringsewu pemekaran dari Tanggamus, berarti
sebagai wakil bupati di kabupaten induk ia di Pringsewu
incumbent!"
"Bisa jadi Sujadi kurang gencar sosialisasi, karena terlalu percaya
diri popularitasnya dari dua sesi pemilihan sebelumnya belum
luntur!" tukas Umar. "Pengalaman Pilkada Bandar Lampung
incumbent yang percaya diri berlebihan disalip pendatang baru!
Jika Sujadi tak memacu sosialisasinya, bisa tertinggal lebih jauh lagi
dari balapan Abdullah Fadri Auly dan Ririn Kuswantari, yang
persaingan keduanya juga kian sengit!"
"Di Tulangbawang Barat, meski pasangan Bachtiar Basri (Plt.
Bupati) dan Umar Akhmad (Ketua DPRD) seolah tak tergoyahkan,
tokoh muda Frans Agung Mulia Putra yang menempelnya ketat
tak boleh diremehkan!" timpal Amir. "Masalahnya, Frans punya
invisible hands, yang pernah dipakai ayahnya sebelum pemekaran
Tulangbawang! Hal serupa pernah dicapai Rycko Menoza yang
berhasil mengonsolidasi pendukung ayahnya di kawasan
pemilihannya saat memenangi Pilgub!"
"Di Mesuji, meski survei Rakata menempatkan Suprapto di urutan
tiga setelah Khamamik dan Riswanda Hasan, calon termuda yang
lahir dan sekolah di Simpangpematang itu bisa jadi kuda hitam!"
tegas Umar. "Masuk tiga besar menyalip 'nama besar' di barisan
kandidat saja sudah luar biasa! Padahal, ia terlambat memulai
sosialisasi karena digandoli profesi dan jabatan pemimpin umum
koran harian yang akhirnya harus ia relakan! Itu tentu dibanding
Khamamik yang sosialisasi sejak Pilkada Tulangbawang sebelum
pemekaran, juga Riswanda yang Plt. Bupati!"
"Setelah popularitas, modal yang juga tak boleh disepelekan adalah
uang, untuk kampanye, cetak kaus, spanduk dan biaya saksi di
semua TPS!" timpal Amir. "Semua harus mengesankan ia layak
jadi bupati! Kalau kesan saja gagal diciptakan, bagaimana mau jadi
bupati sungguhan!"


sumber : lampungpost.com/buras.php?id=2011052600094414
lanjutkan bro..