logo rakata

Sabtu, 26 Februari 2011

Membaca Peluang Calon Independen dalam Pemilukada Tuban

Oleh : Khozanah Hidayati (Anggota FPKB DPRD Tuban) *

Dua pasangaan bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati Tuban dari jalur independen pada tanggal 24 dan 25 Nopember 2010 yang lalu sudah mendaftarkan diri ke KPUD Tuban, mereka adalah dr. Bambang Lukmanatono yang berpasangan dengan Drs Edy Thoyibi SH. SAg. yang menamakan pasangananya BANGKIT dan H. Hamim Amir yang berpasangan dengan Ashadi Suprapto.

Adanya bacabup-bacawabup yang maju dari jalur independen dalam pemilukada Tuban 2011 kali ini merupakan suatu sejarah baru dan suatu keniscayaan sejarah. Karena dalam pemilukada yang lalu tahun 2006, calon dari jalur independen belum diperbolehkan oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Dan diharapkan masyarakat yang tidak mempunyai pilihan terhadap pasangan cabup-cawabup yang diajukan partai-partai bisa menyalurkan aspirasinya terhadap calon dari jalur independen ini.

Namun sayangnya, dalam sejarah pemilukada di negeri ini calon dari jalur independen sangat sulit memenangkan pemilukada. Hal ini ditenggarai karena jejaring atau networking yang dimiliki calon dari jalur independen tidak seluas jangkaunya dari calon dari jalur partai politik. Akan tetapi peluang untuk memenangkan suatu pemilukada oleh calon dari jalur independen tidaklah mustakhil, karena dalam sejarah pemilukada negeri ini ada beberapa daerah yang sudah dimenangkan oleh calon dari jalur independen.

Sampai dengan saat ini tercatat sudah ada beberapa kemenangan pemilukada oleh calon dari jalur independen. Dalam periode rezim pemilukada periode 2005 – 2009 hanya tercatat empat pemilukada di kabupaten yang dimenangkan oleh calon dari jalur independen dan seorang dalam pemilukada propinsi, mereka itu adalah seperti uraian di bawah.

Pertama, pemilihan Bupati Rote Ndou pada Oktober 2008 lalu yang dimenangkan oleh pasangan dari jalur independen yaitu Christian N Dillak, SH- Zacharias P Manafe. Pasangan ini mengalahkan calon independen lain yaitu Leonard Haning MM – Drs Marthen L Saek. Kemenangan Christian N Dillak, SH- Zacharias P Manafe merupakan kemenangan pertama bagi calon dari jalur independen yang bertarung dalam pemilukada di negeri ini.

Yang kedua, calon independen menang dalam pemilukada terjadi di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, 10 Oktober 2008. Pasangan O.K. Arya Zulkarnain-Gong Martua Siregar menyingkirkan pesaingnya yang diusung partai politik.

Yang ketiga, calon perseorangan menang di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 19 Desember 2009 lalu. Pasangan Muda Mahendrawan – Andreas Muhrotien mengalahkan jago dari partai politik.

Yang keempat, pada Pemilukada Garut bahkan sampai terjadi dua putaran. Putaran pertama diikuti oleh 7 (tujuh) pasangan cabup dan cawabup, 4 (empat) pasangan calon dari partai politik, sisanya 3 (tiga) pasangan dari jalur independen. Pada pemilukada putaran pertama tanggal 26 Oktober 2008 Ceng Fikri-Dicky Chandra lolos keputaran kedua dengan suara di bawah pasangan dari Parpol Rudi-Oim. Namun pada putaran kedua Ceng Fikri-Dicky Chandra justru lolos dan ditetapkan KPUK Garut sebagai pemenang pemilukada di Kabupaten Garut.
Sedangkan untuk pemilihan Gubernur, calon independen (perseorangan) yang berjaya adalah Irwandi Yusuf sukses merebut kursi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir tahun 2006.

Pada rezim Pemilukada periode 2010-2014, dengan ikutnya calon perseorangan sejak awal (2010), pada lima tahun ke depan (2014) dapat dipastikan jumlah pemimpin daerah yang berasal dari jalur independen akan semakin banyak. Data sampai September 2010, dari sekitar 160-an pemilukada di Indonesia yang sudah digelar selama tahun 2010 ini, tidak ada satupun yang dimenangkan oleh calon independen. Padahal, ada 57 pasangan dari jalur independen yang maju di 160-an pemilukada itu. Data ini berdasar hasil evaluasi pemilukada yang dilakukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Namun, bukan berarti calon dari jalur independen tidak memiliki peluang. Mencuatnya kasus korupsi, kolusi, nepotisme, markus, dan tindakan-tindakan tercela, termasuk ingkar janji yang dilakukan oleh oknum-oknum politikus maupun sang petahana (incumbent) merupakan kelemahan besar bagi parpol untuk dapat menarik konstituen memilih calon dari parpol dan sekaligus merupakan peluang emas bagi calon kepala daerah dari jalur independen.

Bisa jadi rakyat sudah jenuh dan bosan dengan tingkah polah para politikus yang kurang memperhatikan suara dan penderitaan masyarakat. Oleh karena itu, wajar jika fenomena ini ke depannya akan menjadikan pilihan rakyat akan lebih cenderung memilih calon kepala daerah dari nonpartai atau calon dari jalur independen. Rakyat memang sudah jenuh dan bosan dengan ulah negatif oknum-oknum politikus yang kurang memperhatikan suara dan penderitaan masyarakat, tetapi bukan berarti rakyat akan gampang berpaling dan jatuh hati terhadap calon independen.

Rakyat tetap akan memiliki kriteria dan syarat tertentu untuk memilih dan memilah. Kalau memang calon independen yang ada hanya menjadi pajangan politik saja, tidak memiliki kualitas, kapabilitas, integritas dan kapasitas untuk memimpin daerah serta cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan dukungan, maka jangan berharap akan ada yang menang dari jalur independen.

Bagaimana dengan hadirnya calon independen di pemilukada Tuban kali ini?
Secara langsung maupun tidak langsung, ikut berkiprahnya calon independen dalam pemilukada kali ini akan memberikan warna konstelasi politik di Tuban. Hal ini terjadi karena partai politik bukan lagi menjadi satu-satunya jalan menuju kursi kekuasaan dan perebutan pengaruh dukungan di masyarakat tidak hanya terpola melalui jalur partai. Diprediksi, hanya pasangan cabup – cawabup yang didukung oleh tim sukses yang handal dan tersebar keseluruh penjuru kabupaten serta didukung oleh sumber dana yang kuat yang akan memenangkan pemilukada kali ini. Tidak pandang itu dari jalur partai maupun jalur independen, semua mempunyai peluang yang sama.

Namun jika mesin politik partai berjalan dan partai mampu mengoptimalisasikan fungsi-fungsi strukturalnya, maka calon independen akan kalah gesit dan kalah cepat dalam mendulang dukungan dari rakyat. Bisa jadi, publik akan lebih percaya dengan calon-calon partai ketimbang calon independen. Contoh yang bisa kita ambil adalah pemilihan Presiden Amerika Serikat. Karena sangat kuatnya kelembagaan Partai Republik dan Partai Demokrat hampir tak memberikan peluang kemenangan bagi para calon independen.

Akan tetapi bila mesin politik partai tidak berjalan baik dan bahkan kredibiltas partai cenderung menurun, maka otomatis calon independen bakal diminati oleh masyarakat.

Hal lain yang bisa dijadikan peluang untuk mengeruk dukungan oleh calon – calon independen adalah adanya kejenuhan masyarakat akan kondisi pemerintahan daerah yang sedang berlangsung sekarang. Yakni jika sekiranya petahana yang dalam pemerintahannya sekarang banyak sekali mendapatkan kritik dan sorotan tajam dari masyarakat, misalnya karena maraknya kasus korupsi dan kemudian si petahana maju kembali ikut berpartisipasi dalam pemilukada, maka otomatis hal ini menjadi kekuatan dan amunisi tambahan bagi calon independen. Karena partai pengusung sang petahana otomatis memikul citra dan unjuk kerja buruk sang petahana yang disorot oleh masyarakat tersebut.

Contoh untuk kasus ini adalah saat calon independen memenangkan pemilukada Garut tahun 2008. Dimana calon independen diuntungkan sekali oleh kasus korupsi besar-besaran yang terjadi sehingga rakyat Garut khawatir dan trauma terhadap korupsi akan terjadi lagi jika daerahnya dipimpin oleh kader parpol.

Hal penting lain yang sangat perlu diperhatikan terkait dengan calon independen adalah perihal pentingnya kekuatan figur dan juga popularitas serta elektabilitas yang tinggi. Tanpa modal ketiga faktor tersebut akan sangat sulit bagi calon independen mengalahkan calon dari partai politik. Karena bagaimanapun dengan kekuatan figur yang kuat maka akan disegani dan dihormati masyarakat. Dan dengan popularitas yang tinggi maka tidak begitu dibutuhkan lagi kampanye tebar pesona yang intens yang dapat mengayahi seluruh wilayah kabupaten. Sehingga dengan kekuatan figur yang kuat dan popularitas yang tinggi serta didukung kampanye dan pencitraan yang intensif, maka diharapkan tingkat elektabilitasnya akan tinggi.

Untuk kasus pemilukada Tuban yang sekarang sudah dalam taraf pendaftaran para bacabup – bacawabup, hadirnya calon independen jelas-jelas akan memberikan warna tersendiri dalam helatan pesta demokrasi daerah ini. Walaupun peluang untuk dimenangkan oleh calon independen masih sangat tipis. Namun dengan strategi dan teknik memikat suara rakyat yang jitu dan ampuh yang dilakukan oleh para tim sukses calon independen tentunya akan bisa membalikakn semua prediksi yang ada. Dan semoga dengan hadirnya calon independen dan ditunjang profesional dan independensinya KPUD serta tidak memihaknya aparat penegak hukum, maka diharapkan pemilukada kali ini akan berlangsung penuh warna, adil dan damai serta benar-benar demokratis. (25 Nopember 2010).

* Isi dari artikel ini adalah pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat FPKB DPRD Tuban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar