logo rakata

Sabtu, 26 Februari 2011

Pilkada Ulang Tangsel Diselenggarakan Maret 2011


Pilkada Ulang Tangsel Diselenggarakan Maret 2011


Tangerang Selatan – Mahkamah Konstitusi, memerintahkan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) ulang Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pilkada Ulang tersebut diikuti seluruh kandidat pemimpin Kota Tangsel.
Mereka masing-masing pasangan Yayat Sudrajat-Narodom Sukarno; Rhodiyah Najibhah-Sulaiman; Arsid- Andre Taulany; dan Airin Rachmi Diany-Benyamin Davnie. Putusan tersebut sekaligus mengabulkan permohonan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangsel Arsid- Andre Taulany soal sengketa hasil pilkada.

Ketua MK Mahfud Mahmodin di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jumat (10/12), memerintahkan pilkada ulang dilakukan di seluruh tempat pemungutan suara di Kota Tangsel.
Airin-Benyamin yang sebelumnya menang tipis melawan Andrey-Arsyid mengaku pasrah terkait pengulangan pilkada tersebut. Sementara Ketua KPU setempat, Imam Perwira Baksan, siap melaksanakan putusan MK.

Pilkada ulang tersebut sebagai buntut dari gugatan sengketa yang diajukan Arsid-Andre dilatari dugaan ketidaknetralan KPU Tangsel. Pemohon menyangka ada indikasi surat suara yang diselewengkan dengan mencetak surat suara cadangan sebanyak lima persen.Sementara menurut Undang-Undang Pilkada, surat suara cadangan berjumlah 2,5 persen.
Rencananya Pilkada ulang tersebut diselenggarakan Maret 2011. Penetapan ini berdasarkan imbauan Mahkamah Konstitusi untuk menggelar pemilu ulang dalam waktu 90 hari.

Komisi Pemilihan Umum Tangerang Selatan akan menyiapkan dana Rp10 miliar sebagai biaya penyelenggaraan pemungutan suara ulang. Pada pemungutan suara sebelumnya, menghabiskan dana Rp26 miliar yang diambil dari dana APBD.

Anggota KPU Tangerang Selatan, Agus Supadmo, mengatakan, pada pemunguntan suara ulang, tidak memerlukan biaya sebesar pemungutan suara pertama, karena prasarana dan sarana telah ada. “Fokus biaya pada fasilitas pemungutan suara saja,” katanya.
Dia menjelaskan, sejauh ini belum bisa dipastikan apakah dana sebesar Rp10 miliar itu mencukupi untuk penyelenggaraan pemungutan suara ulang. KPUD masih berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, KPU Propinsi Banten untuk membahas dan melaporkan rencana penyelenggaraan pemungutan suara.

Selain itu, pihaknya masih menyusun rencana biaya dan menetapkan tahapan pemungutan suara ulang serta mensosialisasikan pelaksanaan pemungutan suara ulang.

Pemilihan ulang Tangeran Selatan akan dilaksanakan di 1.890 TPS yang berada di tujuh kecamatan. Seperti Kecamatan Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Setu, dan Pondok Aren.

Pemilihan ulang tetap diikuti seluruh kandidat pasangan, yaitu Yayat Sudrajat-Norodom Sukarno, Rodhiyah-Sulaeman Yasin, Arsid-Andre Taulany, dan Airin Rachmi Diany-Benjamin Davnie.from :
Rilisindonesia.com
lanjutkan bro..

Hasil Pilkada Cianjur, Tasikmalaya & Grobogan

Hasil Pilkada Cianjur, Tasikmalaya & Grobogan

info : www.i-berita.com, Dari hasil pemilihan Bupati Cianjur yang dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2011 lalu, nampaknya pasangan Tjetjep Soleh – Suranto yang diusung Partai Demokrat, PBB, PPRN, dan PAN harus bersaing ketat dengan pasangan Ade Barkah – Kusnadi yang diusung dari partai Golkar. Pelaksanaan pemilihan berlangsung dengan tertib dan aman. Meski baru beberapa jam, pencoblosan ditutup serentak di 348 desa di 32 kecamatan. Di beberapa kecamatan di wilayah Cianjur selatan dan utara, pasangan Ade Barkah – Kusnadi lebih mendominasi mempunyai suara terbanyak dalam pemilihan. Sementara, pasangan Tjetjep Muchtar – Suranto mendominasi mempunyai suara terbanyak di wilayah cianjur selatan. Selanjutnya, diikuti oleh pasangan Dadang Sufianto – Dadan RK yang diusung PKS, Hanura, OGI, dan PKPB.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah satu anggota tim independen pemantau Pilkada Cianjur, Adi Surpriyadi yang mencatat bahwa perolehan suara sementara dikuasai oleh tiga pasangan, yakni Tjetjep Soleh – Suranto, Ade Barkah – Kusnadi, dan Dadang Sufianto – Dadan RK. Meski demikian, pihaknya belum dapat menyebutkan hasil perolehan suara dari ketiga pasangan di seluruh kecamatan. Sementara itu, pada Pilkada Kabupaten Tasikmalaya yang digelar pada Minggu (10/1/2011) kemarin, pasangan Uu Ruzhanul Ullum – Ade Sugianto yang diusung PPP, PDIP, dan PAN dipastikan menang. Hingga kemarin, pasangan ini berhasil mengumpulkan sejumlah suara sebanyak 263.003 dengan persentase sebesar 32.34%.

Selanjutnya pasangan Endang Kusaeni-Suparman dengan perolehan 15.539 suara atau 1.91%,Subarna- Dede T Widarsih 170.563 suara atau 20.98%, Endang Hidayat- Akhmad Juhana 27.736 suara atau 3.41%, Achmad Saleh-Ucu Asep Dani 59.881 suara atau 7.36 %, Harmaen Muchyi-Tachman Iding 13.574 suara atau 1.67%, dan Ade Sumia-Nanang Mamur 41.500 atau 5.10%. “Data yang masuk sudah 100% dari 39 kecamatan, namun hasil resmi akan diumumkan setelah rapat pleno,”jelas Ketua KPUD Kabupaten Tasikmalaya Deden Nurul Hidayat kemarin. Sedangkan KPUD Grobogan, Jawa Tengah,mencatat hasil akhir Pilkada Kabupaten Grobogan yang digelar pada Minggu (9/1), dari penghitungan cepat, pasangan Bambang Pudjiono-Icek Baskoro yang diusung koalisi Partai Golkar, PKS,dan Gerindra unggul tipis dari pesaing terberatnya pasangan Sri Sumarni-Pirman yang diusung PDIP,PAN,PPP,dan PDS.
lanjutkan bro..

Membaca Peluang Calon Independen dalam Pemilukada Tuban

Oleh : Khozanah Hidayati (Anggota FPKB DPRD Tuban) *

Dua pasangaan bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati Tuban dari jalur independen pada tanggal 24 dan 25 Nopember 2010 yang lalu sudah mendaftarkan diri ke KPUD Tuban, mereka adalah dr. Bambang Lukmanatono yang berpasangan dengan Drs Edy Thoyibi SH. SAg. yang menamakan pasangananya BANGKIT dan H. Hamim Amir yang berpasangan dengan Ashadi Suprapto.

Adanya bacabup-bacawabup yang maju dari jalur independen dalam pemilukada Tuban 2011 kali ini merupakan suatu sejarah baru dan suatu keniscayaan sejarah. Karena dalam pemilukada yang lalu tahun 2006, calon dari jalur independen belum diperbolehkan oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Dan diharapkan masyarakat yang tidak mempunyai pilihan terhadap pasangan cabup-cawabup yang diajukan partai-partai bisa menyalurkan aspirasinya terhadap calon dari jalur independen ini.

Namun sayangnya, dalam sejarah pemilukada di negeri ini calon dari jalur independen sangat sulit memenangkan pemilukada. Hal ini ditenggarai karena jejaring atau networking yang dimiliki calon dari jalur independen tidak seluas jangkaunya dari calon dari jalur partai politik. Akan tetapi peluang untuk memenangkan suatu pemilukada oleh calon dari jalur independen tidaklah mustakhil, karena dalam sejarah pemilukada negeri ini ada beberapa daerah yang sudah dimenangkan oleh calon dari jalur independen.

Sampai dengan saat ini tercatat sudah ada beberapa kemenangan pemilukada oleh calon dari jalur independen. Dalam periode rezim pemilukada periode 2005 – 2009 hanya tercatat empat pemilukada di kabupaten yang dimenangkan oleh calon dari jalur independen dan seorang dalam pemilukada propinsi, mereka itu adalah seperti uraian di bawah.

Pertama, pemilihan Bupati Rote Ndou pada Oktober 2008 lalu yang dimenangkan oleh pasangan dari jalur independen yaitu Christian N Dillak, SH- Zacharias P Manafe. Pasangan ini mengalahkan calon independen lain yaitu Leonard Haning MM – Drs Marthen L Saek. Kemenangan Christian N Dillak, SH- Zacharias P Manafe merupakan kemenangan pertama bagi calon dari jalur independen yang bertarung dalam pemilukada di negeri ini.

Yang kedua, calon independen menang dalam pemilukada terjadi di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, 10 Oktober 2008. Pasangan O.K. Arya Zulkarnain-Gong Martua Siregar menyingkirkan pesaingnya yang diusung partai politik.

Yang ketiga, calon perseorangan menang di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, 19 Desember 2009 lalu. Pasangan Muda Mahendrawan – Andreas Muhrotien mengalahkan jago dari partai politik.

Yang keempat, pada Pemilukada Garut bahkan sampai terjadi dua putaran. Putaran pertama diikuti oleh 7 (tujuh) pasangan cabup dan cawabup, 4 (empat) pasangan calon dari partai politik, sisanya 3 (tiga) pasangan dari jalur independen. Pada pemilukada putaran pertama tanggal 26 Oktober 2008 Ceng Fikri-Dicky Chandra lolos keputaran kedua dengan suara di bawah pasangan dari Parpol Rudi-Oim. Namun pada putaran kedua Ceng Fikri-Dicky Chandra justru lolos dan ditetapkan KPUK Garut sebagai pemenang pemilukada di Kabupaten Garut.
Sedangkan untuk pemilihan Gubernur, calon independen (perseorangan) yang berjaya adalah Irwandi Yusuf sukses merebut kursi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir tahun 2006.

Pada rezim Pemilukada periode 2010-2014, dengan ikutnya calon perseorangan sejak awal (2010), pada lima tahun ke depan (2014) dapat dipastikan jumlah pemimpin daerah yang berasal dari jalur independen akan semakin banyak. Data sampai September 2010, dari sekitar 160-an pemilukada di Indonesia yang sudah digelar selama tahun 2010 ini, tidak ada satupun yang dimenangkan oleh calon independen. Padahal, ada 57 pasangan dari jalur independen yang maju di 160-an pemilukada itu. Data ini berdasar hasil evaluasi pemilukada yang dilakukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Namun, bukan berarti calon dari jalur independen tidak memiliki peluang. Mencuatnya kasus korupsi, kolusi, nepotisme, markus, dan tindakan-tindakan tercela, termasuk ingkar janji yang dilakukan oleh oknum-oknum politikus maupun sang petahana (incumbent) merupakan kelemahan besar bagi parpol untuk dapat menarik konstituen memilih calon dari parpol dan sekaligus merupakan peluang emas bagi calon kepala daerah dari jalur independen.

Bisa jadi rakyat sudah jenuh dan bosan dengan tingkah polah para politikus yang kurang memperhatikan suara dan penderitaan masyarakat. Oleh karena itu, wajar jika fenomena ini ke depannya akan menjadikan pilihan rakyat akan lebih cenderung memilih calon kepala daerah dari nonpartai atau calon dari jalur independen. Rakyat memang sudah jenuh dan bosan dengan ulah negatif oknum-oknum politikus yang kurang memperhatikan suara dan penderitaan masyarakat, tetapi bukan berarti rakyat akan gampang berpaling dan jatuh hati terhadap calon independen.

Rakyat tetap akan memiliki kriteria dan syarat tertentu untuk memilih dan memilah. Kalau memang calon independen yang ada hanya menjadi pajangan politik saja, tidak memiliki kualitas, kapabilitas, integritas dan kapasitas untuk memimpin daerah serta cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan dukungan, maka jangan berharap akan ada yang menang dari jalur independen.

Bagaimana dengan hadirnya calon independen di pemilukada Tuban kali ini?
Secara langsung maupun tidak langsung, ikut berkiprahnya calon independen dalam pemilukada kali ini akan memberikan warna konstelasi politik di Tuban. Hal ini terjadi karena partai politik bukan lagi menjadi satu-satunya jalan menuju kursi kekuasaan dan perebutan pengaruh dukungan di masyarakat tidak hanya terpola melalui jalur partai. Diprediksi, hanya pasangan cabup – cawabup yang didukung oleh tim sukses yang handal dan tersebar keseluruh penjuru kabupaten serta didukung oleh sumber dana yang kuat yang akan memenangkan pemilukada kali ini. Tidak pandang itu dari jalur partai maupun jalur independen, semua mempunyai peluang yang sama.

Namun jika mesin politik partai berjalan dan partai mampu mengoptimalisasikan fungsi-fungsi strukturalnya, maka calon independen akan kalah gesit dan kalah cepat dalam mendulang dukungan dari rakyat. Bisa jadi, publik akan lebih percaya dengan calon-calon partai ketimbang calon independen. Contoh yang bisa kita ambil adalah pemilihan Presiden Amerika Serikat. Karena sangat kuatnya kelembagaan Partai Republik dan Partai Demokrat hampir tak memberikan peluang kemenangan bagi para calon independen.

Akan tetapi bila mesin politik partai tidak berjalan baik dan bahkan kredibiltas partai cenderung menurun, maka otomatis calon independen bakal diminati oleh masyarakat.

Hal lain yang bisa dijadikan peluang untuk mengeruk dukungan oleh calon – calon independen adalah adanya kejenuhan masyarakat akan kondisi pemerintahan daerah yang sedang berlangsung sekarang. Yakni jika sekiranya petahana yang dalam pemerintahannya sekarang banyak sekali mendapatkan kritik dan sorotan tajam dari masyarakat, misalnya karena maraknya kasus korupsi dan kemudian si petahana maju kembali ikut berpartisipasi dalam pemilukada, maka otomatis hal ini menjadi kekuatan dan amunisi tambahan bagi calon independen. Karena partai pengusung sang petahana otomatis memikul citra dan unjuk kerja buruk sang petahana yang disorot oleh masyarakat tersebut.

Contoh untuk kasus ini adalah saat calon independen memenangkan pemilukada Garut tahun 2008. Dimana calon independen diuntungkan sekali oleh kasus korupsi besar-besaran yang terjadi sehingga rakyat Garut khawatir dan trauma terhadap korupsi akan terjadi lagi jika daerahnya dipimpin oleh kader parpol.

Hal penting lain yang sangat perlu diperhatikan terkait dengan calon independen adalah perihal pentingnya kekuatan figur dan juga popularitas serta elektabilitas yang tinggi. Tanpa modal ketiga faktor tersebut akan sangat sulit bagi calon independen mengalahkan calon dari partai politik. Karena bagaimanapun dengan kekuatan figur yang kuat maka akan disegani dan dihormati masyarakat. Dan dengan popularitas yang tinggi maka tidak begitu dibutuhkan lagi kampanye tebar pesona yang intens yang dapat mengayahi seluruh wilayah kabupaten. Sehingga dengan kekuatan figur yang kuat dan popularitas yang tinggi serta didukung kampanye dan pencitraan yang intensif, maka diharapkan tingkat elektabilitasnya akan tinggi.

Untuk kasus pemilukada Tuban yang sekarang sudah dalam taraf pendaftaran para bacabup – bacawabup, hadirnya calon independen jelas-jelas akan memberikan warna tersendiri dalam helatan pesta demokrasi daerah ini. Walaupun peluang untuk dimenangkan oleh calon independen masih sangat tipis. Namun dengan strategi dan teknik memikat suara rakyat yang jitu dan ampuh yang dilakukan oleh para tim sukses calon independen tentunya akan bisa membalikakn semua prediksi yang ada. Dan semoga dengan hadirnya calon independen dan ditunjang profesional dan independensinya KPUD serta tidak memihaknya aparat penegak hukum, maka diharapkan pemilukada kali ini akan berlangsung penuh warna, adil dan damai serta benar-benar demokratis. (25 Nopember 2010).

* Isi dari artikel ini adalah pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat FPKB DPRD Tuban
lanjutkan bro..

Pilkada 2011 diprediksi lebih ringan

Pilkada 2011 Diprediksi Lebih Ringan
Share
Senin, 03 Januari 2011 09:39:12 | Berita Depdagri |
Selain hanya 69 daerah yang menggelar pilkada, persoalan daftar pemilih juga sudah ditangani dengan baik. “Dana pilkada pada 2011 juga tentu lebih kecil.Jika pada 2010,ada 244pilkadadanmenghabiskandana Rp4 triliun,pada 2011,tidak sebesar itu.Sebab,hanya di 67 daerah,”ungkap Gamawan di Jakarta kemarin. Mengenai masalah daftar pemilih yang menjadi salah satu sumber sengketa pada pilkada pada 2010, Gamawan meyakini, ke depan tidak akan ada lagi. Sebab, hampir semua daerah sudah melakukan pemutihan data kependudukan dalam rangka membuat Nomor Induk Kependudukan (NIK) tunggal (single identity number).

Beberapa daerah bahkan telah memulai program e-KTP tahun ini dan sebagian daerah lainnya akan menyusul pada 2012. Terkait penanganan sengketa pilkada, Gamawan mengatakan, banyak pembenahan regulasi melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Pilkada yang sudah dirumuskan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Bahkan, Kemendagri sudah menerima banyak masukan, termasuk tentang penghematan anggaran,penyederhanaan kampanye, serta efisiensi dan efektivitas penanganan sengketa.

Mantan Gubernur Sumatera Barat ini menyatakan,penyusunan draf RUU Pilkada sudah selesai dan sudah disampaikan pada Kementerian Hukum dan HAM untuk sinkronisasi antarlembaga. Draf RUU tersebut telah mempertimbangkan banyak masukan melalui aneka diskursus dan perdebatan. “Hal itu misalnya Soal penanganan sengketa pilkada di daerah sebagai upaya efisiensi dan efektivitas.

Sebab, Ketua MK Mahfud MD pernah mengatakan bahwa ada calon yang harus membawa ratusan saksi yang harus ditanggung ongkos pesawat dan penginapannya di Jakarta.Belum lagi bawa berkas- berkas yang diangkut dengan pesawat. Ini kan ongkosnya sangat besar,”tandasnya. Akibatnya, muncul beragam pendapat sebagai reaksi yang tidak bisa dinilai sebagai salah atau benar, melainkan ditangkap sebagai alternatif-alternatif pilihan.

Diketahui,Pilkada 2010 banyak diwarnai sengketa yang sebagian di antaranya masuk ke MK. Dari evaluasi yang dilakukan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terhadap 154 pilkada kabupaten/kota dan 7 provinsi, terdapat 1.767 pelanggaran. Rinciannya, pelanggaran administrasi sebanyak 1.179,kasus, pidana 572 kasus, dan pelanggaran kode etik oleh penyelenggara pemilu sebanyak 16 kasus.

Bawaslu menyatakan bahwa masalah pemutakhiran data pemilih adalah masalah yang masih banyak mewarnai Pilkada 2010. Bentuk- bentuk pelanggaran tersebut dibuktikan dengan adanya daftar pemilih tetap (DPT) ganda, tidak adanya kemutakhiran DPT, DPT fiktif,dan DPT yang bermasalah sebagaimana terungkap dalam Pilkada Provinsi Bengkulu. “Banyak juga terjadi pelanggaran berupa tidak adanya pleno penetapan DPT seperti di Jayapura.

Dalam kasus ini,ada total 206 pelanggaran. Kemudian, yang ditindaklanjuti KPU hanya 4 kasus dan yang diteruskan ke kepolisian hanya 4 kasus (100% dari laporan),kemudian yang dihentikan oleh polisi 4 kasus dari 100% laporan tersebut,” ungkap Ketua Bawaslu Nurhidayat Sardini. (mohammad sahlan)
lanjutkan bro..

PEMILUKADA BATAM


Info Hasil Pilkada Batam 2011 - Pilkada batam 2011 hasil pilkada Batam 2011 dibawah ini adalah berita untuk Hasil Pilkada Batam 2011 yang dikutip dari tribunnews.Data sumber rekap berita tribunnewsbatam.com:

Pilkada Batam : Dahlan-Rudi Menang di Penghitungan Nyata Hasil Real Quick Count Hitung Cepat Pilkada Batam 2011

Hasil Pilkada Batam

1. Dahlan-Rudi (95.697) 34,65 %
2. Ria Saptarika (73.053) 26,45 %
3. Nada Faza Soraya-Nuryanto (38.570)13,96 %,
4. Aripin-Irwansyah (20.530)7,43 %
5. Amir Hakim Hanaehan Siregar-Syamsul Bahrum(48.371)17.51 %.

Dalam rapat pleno, KPU juga menetapkan perhitungan se-Kota Batam sebagai berikut, Ahmad Dahlan-Rudi meraih 103.868 suara atau 34 persen, Ria Saptarika-Zainal Abidin sebanyak 78.926 suara atau 26,03 persen, Nada Faza Soraya-Nuryanto sebanyak 36.165 suara atau 11,93 persen, Aripin-Irwansyah 17.841 suara atau 5,88 persen dan Amir Hakim Hanaehan Siregar-Syamsul Bahrum 60.261 suara atau 19,88 persen.
lanjutkan bro..